BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak
didik ke dalam proses belajar, sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar
sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi
individu anak. Anak didik merupakan individu yang berbeda. Maka dari itu
hendaknya pembelajaran memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak
tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari
yang tidak tahu menjadi tahu.
Dalam pembelajaran bahasa Arab masalah menjadi semakin rumit lagi,
persoalan pembelajaran bahasa asing salah satunya adalah bahasa Arab menjadi issu
sentral dan sangat rumit bagi kalangan akademis. Hal ini terjadi antara lain
karena kekeliruan menerapkan strategi pembelajaran. Padahal pembelajaran bahasa
Arab di Indonesia, telah diajarkan disekolah-sekolah pada umumnya, dan
sekolah-sekolah agama pada hususnya, sejak tingkat Madrasah Ibtidaiyah(MI)
hingga tingkat Perguruan Tinggi.
Pembelajaran
yang efektif adalah belajar yang
bermanfaat dan bertujuan bagi peserta didik melalui prosedur yang tepat untuk
tercipta suasana yang menyenangkan dan memaksimalkan hasil belajar yang telah
direncanakan. Pembelajaran akan efektif bagi
peserta didik jika pembelajaran tersebut memiliki variasi dalam strateginya.
Penggunaan strategi yang bervariasi
sangat mempengaruhi kondisi pembelajaran yang efektif dan membuat
peserta didik termotivasi dalam belajar bahasa Arab.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang kami menemukan beberapa
permasalahan yang timbul, diantaranya:
1.
Apa
pengertian dari strategi?
2.
Apakah
pengertian pembelajaran bahasa Arab?
3.
Strategi
apa yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Arab?
C.
Tujuan Penulisan
Dapat
mengetahui pengertian dari strategi dan pembelajaran bahasa Arab. Selain itu,
kita dapat mengetahui strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran bahasa Arab.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
Secara umum, strategi dapat
diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk
sampai pada tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana
yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus ( yang diinginkan
).[1]
Joni berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang
digunakan untuk memberikan suasana yang kondusif kepada siswa dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun ciri-ciri strategi menurut
Stone dan Sirait adalah sebagai berikut:
1.
Wawasan
Waktu, meliputi cakrawala waktu yang jauh ke depan, yaitu waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan waktu yang diperlukan untuk mengamati
dampaknya
2.
Dampak,
walaupun hasil akhir dengan mengikuti strategi tertentu tidak langsung terlihat
untuk jangka waktu lama, dampak akhir akan sangat berarti
3.
Pemusatan
upaya, sebuah strategi yang efektif bisanya mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya,
atau perhatian terhadap rentang sasaran yang sempit
4.
Pola
keputusan, kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sederetan keputusan tertentu
harus diambil sepanjang waktu. Keputusan-keputusan tersebut harus saling
menunjang, artinya mengikuti suatu pola yang konsisten
5.
Peresapan,
sebuah strategi mencakup suatu spektrum kegiatan yang luas mulai dari proses
alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan operasi harian. Selain itu, adanya
konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan-kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan
organisasi bertindak secara naluri dengan cara-cara yang akan memperkuat
strategi.
Dengan demikian, strategi dapat
diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai
suatu tujuan dengan menggunakan tenaga, waktu, serta kemudahan secara otimal.
Strategi pengajaran terdiri atas
metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi
pengajaran lebih luas daripada metode atau teknik pengajaran. Peranan strategi
pengajaran lebih penting apabila guru mengajar siswa yang berbeda dari segi
kemampuan, pencapaian, kecenderungan, serta minat.[2]
Bahasa sendiri
merupakan alat komunikasi. Manusia sejak lahir berusaha untuk dapat
berkomunikasi dengan lingkungannya. Dari itu lahirlah bahasa masyarakat
tertentu dengan tanpa harus musyawarah terlebih dahulu. Karena setiap
masyarakat melahirkan bahasa untuk berkomunikasi dikalangan mereka, maka
terjadilah bahasa-bahasa yang beraneka ragam sesuai dengan taraf masyarakat,
dimana bahasa itu lahir.
Namun demikian
para ahli bahasa mengelompokan bahasa-bahasa di dunia menjadi beberapa rumpun.
Max Muller membaginya kepada tiga rumpun, yaitu; Indo Eropa, Semit Hemit dan
Turania. Bahasa Arab termasuk dalam rumpun bahasa semit yang menjadi salah satu
rumpun dari bahasa semit-semit atau dalam istilah lain homo semetic atau
dalam bahasa Arab Al-Hamiyal Al-Samiyah. Bahasa Arab adalah kalimat yang
disampaikan oleh orang Arab untuk maksud-maksud mereka. Abdul Alim Ibrahim
mengatakan bahwa bahasa Arab adalah bahasanya orang-orang Arab dan bahasanya
orang-orang Islam.[3]
Syaikh Mustofa
al-Ghulayaini mengemukakan: Al-lughah al-arabiyyah hiya al-kalimat allati
yuabbiru biha al-arab an aghradlihim. (Bahasa Arab adalah kata-kata yang
dipergunakan orang Arab untuk mengungkapkan segala tujuan atau maksud mereka).
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa pengajaran bahasa Arab adalah proses penyajian
dan menyampaian ilmu pengetahuan oleh guru bahasa Arab kepada murid dengan
tujuan agar murid memahami dan menguasai bahasa Arab serta dapat mengembangkannya.
Pengajaran bahasa Arab diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu tujuan jangka
panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus). Secara umum
tujuan pengajaran bahasa Arab do Indonesia adalah agar siswa mampu menggunakan
bahasa tersebut secara aktif maupun pasif.[4]
B.
Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
Pemilihan strategi dalam pembelajaran bahasa Arab memuat dua hal penting
yakni pemilihan strategi belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan
pemilihan strategi mengajar
yang harus dilakukan
oleh tenaga pendidik.
Pemilihan strategi pembelajaran bahasa Arab dapat berdasarkan pertimbangan
atau kriteria sebagai berikut:
1.
Tujuan Belajar
Startegi pembelajaran
harus dipilih sesuai dengan tujuan belajar yang
diharapkan dapat dicapai
peserta didik. Tujuan belajar merupakan
titik tolak penentuan
strategi yang akan digunakan. Misalnya tujuan belajar siswa
dapat memahami jumlah ismiah. Dengan demikian metode yang dipakai sebagai
bagian dari strategi adalah menggunakan metode qawa’id dan terjemah.
2.
Materi
atau isi pelajaran
Peranan materi
atau isi pelajaran
yaitu, pertama, mencerminkan suatu
sudut pandang yang
tajam dan inovatif mengenai pengajaran
serta mendemontrasi
aplikasinya dalam bahan ajar yang
disajikan. Kedua, menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca
dan bervariasi sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, ketiga menyedia
sumber yang tersusun rapid an
bermanfaat, keempat, menyajikan
metode- metode dan sarana-sarana
pembelajaran untuk memotivasi peserta didik, kelima menjadi
penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas
praktis keenam, menyajikan
bahan evaluasi dan remedial.
3.
Peserta
Didik
Peserta didik sebagai orang yang
belajar merupakan subjek dalam
proses pembelajaran. Dalam
pemilihan strategi pembelajaran yang efektif harus memperhatikan karakteristik peserta
didik yang memiliki potensi dan firah yang dimiliki dan sekaligus harapan untuk
berkembang kearah yang lebih baik dan menjadi pribadi yang sempurna.
4.
Kondisi
pendidikan dimana berlansung
Efektif tidaknya
suatu strategi pembelajaran
sangat dipengaruhi kemampuan guru
memakainya disamping kepribadian
guru.
5.
Waktu,
Waktu yang
tersedia juga perlu
diperhatikan ketika meyampaikan materi
bahasa Arab dengan menggunakan strategi
tamsil atau al naql sementara waktu yang disediakan hanya 45 menit. Maka
waktu tersebut harus
diguna seefektif mungkin sehingga kompetensi dasar peserta
didik dapat tercapai.
6. Sarana yang
dapat dimanfaatkan.
7. Biaya.
Pemilihan strategi
pembelajaran bahasa Arab
yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran bahasa
Arab hendaknya ditentukan
berdasar kriteria sebagai berikut :
1.
Berorientasi pada strategi pembelajaran.
Tipe perilaku apa
yang diharapkan dapat
dicapai oleh peserta didik
misalnya peserta didik
mampu berkomunikasi menggunakan
bahasa Arab, maka strategi yang paling
dekat dan sesuai adalah diantaranya khibrat mutsirah, strategi ini untuk
memotivasi siswa mengungkapkan pengalaman
yang pernah dialami atau strategi
tamtsiliyah adalah mengekspresikan
dialek bahasa Arab fusha dengan fasih
sesuai dengan makhraj
dan mengeksplorasi kemampuan mereka bermain peran.
2.
Pilih
teknik pembelajaran sesuai keterampilan
berbahasa untuk bahasa arab keterampilan
yang harus dimiliki adalah
istima’, kalam, qira’ah dan kitabah
yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik.
3.
Gunakan media
pembelajaran sebanyak mungkin
memberi rangsangan pada indera peserta didik. Misalnya menggunakan laboratorium bahasa
untuk pembelajaran istima’
agar dapat mendengar lansung
penutur asli berbicara dan dapat
mencoba mengulang dengan menggunakan headphone.[5]
C.
Maharotul istima’
Menyimak, sebagai salah satu
keterampilan berbahasa, tidak kalah pentingnya dengan berbicara, membaca dan
menulis. Menyimak, berbicara, membaca dan menulis harus disajikan secara
terpadu dalam pembelajaran keterampilan berbahasa di MI/SD. Menyimak diawali
dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau melalui rekaman radio,
telepon atau televisi. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan
maknanya.
Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasikan, menafsirkan, menilai, dan mereaksi terhadap makna yang
termuat pada wacana lisan. Jadi, peristiwa menyimak pada hakikatnya merupakan
rangkaian kegiatan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi.[6]
Berdasarkan hasil penelitian ilmiah
membuktikan, bahwa sebagian besar orang hanya dapat menyerap 30% saja dari
pengetahuan yang didengarnya dan hanya dapat mengingat 25% dari apa yang ia
serap dari pengetahuan. Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan daya serap pengetahuan yang di dengar maka maharotul
istima’ perlu dilatih secara khusus.
Adapun strategi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a.
Ta’lim
muta’awin, strategi ini memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang sama
dengan cara yang berbeda dengan membandingkan catatan hasil belajar.
b.
Talkhis
magza’, strategi ini menguji
kemampuan menyimak terhadap isi cerita.
Melalui pertanyaan (apa, siapa, mengapa, bagaimana, dimana dan kapan) siswa
dapat memberikan jawaban sesuai dengan isi cerita yang disimak. Tujuan strategi
ini untuk menumbuhkan proses berpikir kreatif dan kritis terhadap materi yang
diberikan.
c.
Istima’
Mutabadil, melatih pendengaran peserta didik
dengan cara menyajikan suatu bacaan dengan tema tertentu. Kemudian, meminta
peserta didik untuk menganalisis dengan menggunakan kata-kata tanya (istifham).
Strategi ini bertujuan agar peserta didik untuk tetap konsentrasi dan fokus
pada materi yang sedang disampaikan.
d.
Istima’
al-ma’lumat aw al-akhbar, peserta didik
dapat melatih pendengaran lewat kebiasaan mendengar berbagai berita dan
informasi yang disajikan lewat media elektronik. Dari sajian latihan
pendengaran model ini, maka peserta didik terbiasa memahami gaya bahasa yang
digunakan dan model komunikasi yang dilakukan oleh native speaker. Strategi
ini tujuannya adalah agar peserta konsentrasinya akan terfokus untuk tetap utuh
dalam waktu yang cukup lama.[7]
D.
Maharotul Kalam
Berbicara (Kalam) secara
etimologis adalah perkataan, percakapan, dan pembicaraan. Adapun pengertian Berbicara
(Kalam) secara terminologis adalah mengucapkan bunyi-bunyi bahasa arab
secara benar dan akurat, dan bunyi-bunyi tersebut keluar dari makhraj
al-huruf yang telah menjadi konsensus pakar bahasa.[8]
Keterampilan berbicara ini
sebenarnya sangat menarik, akan tetapi sering terjadi sebaliknya, yaitu suasana
menjadi kaku dan akhirnya macet. Hal ini disebabkan penguasaan kosa kata dan
pola kalimat peserta didik yang minim, pendidik bahasa Arab tidak memiliki
kompetensi aktif, bahkan peserta didik kurang berani mengekspresikan
kompetensinya karena takut salah. Namun, kunci keberhasilan keterampilan
berbicara ini sebenarnya ada pada pendidik, dimana ia mampu menawarkan
alternatif topik-topik yang aktual serta bervariasi.
Dalam pembelajaraan kalam ada
beberapa hal yang harus diperhatikan pertama, mempunyai topik yang akan
dibicarakan, kedua mempunyai kosa kata yang relevan dengan topik. Adapun
strategi yang dapat digunakan dapat digunakan dalam pembelajaran kalam adalah
sebagai berikut
a.
Khibrat
mutsirah, menyampaikan topik bahasa Arab
yang selalu dikaitkan dengan pengalaman peserta didik sehari-hari. Kemudian,
meminta peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengalamannya yang
disesuaikan dengan topik tersebut. Strategi ini bertujuan agar peserta didik
mengungkapkan pengalaman yang pernah dialami berkaitan dengan teks yang akan
diajarkan.
b.
Ta’bir
al-ara’ al-ra’isiyyah, mengasah
keberanian peserta didik untuk bicara dengan bahasa Arab secara spontan dan
kreatif, yaitu dengan menjelaskan materi melalui peta konsep (labelisasi).
Strategi ini bertujuan untuk mengasah keberanian peserta didik mengungkapkan
bahasa Arab secara spontanitas kreatif.
c.
Tamtsiliyyah, mengajak peserta didik belajar bahasa Arab dengan cara bermain
drama, masing-masing diberi peran sesuai skenario yang terdapat dalam bacaan.
Pada kegiatan ini mempunyai dua manfaat, yaitu hiburan dan belajar berbahasa.
Strategi ini bertujuan agar peserta didik dapat mengekspresikan dialek bahasa Arab
fusha dengan fasih sesuai dengan makhraj. Dan
mengekplorasi kemampuannya dalam bermain peran.
d.
Ya’lab
daur al-mudarris, strategi ini
bertujuan untuk mendapatkan partisipasi lansung baik dari kelas ataupun
individu dan setiap peserta didik dapat berperan sebagai guru dari
kawan-kawannya.[9]
Langkah-langkah
yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran kalam (berbicara) di SD/MI
yaitu:
a.
Guru
mulai melatih bicara dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
oleh siswa.
b.
Pada
saat yang bersamaan siswa diminta untuk belajar mengucapkan kata, menyusun
kalimat dan mengungkapkan pikiran.
c.
Guru
mengurutkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh siswa sehingga berakhir
membentuk sebuah tema yang sempurna.
d.
Guru
bisa menyuruh siswa menghafalkan percakapan atau menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan isi teks yang telah dibaca siswa.[10]
Misalnya dalam
pembelajaran kalam guru dapat memulai pembelajaran dengan menyebutkan
nama-nama benda yang ada dalam ruang kelas dan meminta siswa untuk
menyebutkannya kembali, setelah itu materi dilanjutkan dengan merangkai kosa
kata tersebut menjadi suatu kalimat seperti:
هَذَا قَلَم
اَيْنَ كِتَاب؟ كِتَاب فِي المَحْفَظَة
Selain itu dapat pula menggunakan gambar atau benda tertentu,
kemudian guru membuat sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan gambar
tersebut dan siswa diminta untuk menjawabnya atau meminta siswa menjelaskan
gambar tersebut seperti gambar bunga dibawah ini.[11]
( Sumber: google.com )
مَا هذأ؟...
هذا وَردة
مَا لَوْنُهَا؟...
لَونُها اَحْمَر
E.
MaharotulQira’ah
Membaca merupakan materi terpenting
diantara materi-materi pelajaran lainnya. Siswa tidak akan pandai pada
pelajaran yang lain apabila dia tidak dapat membaca dengan baik. Dapat
dikatakan bahwa membaca merupakan sarana terpenting dalam pencapaian tujuan
pembelajaran bahasa Arab terutama pembelajaran bahasa Non Arab.
Membaca adalah salah satu
keterampilan berbahasa yang tidak mudah dan sederhana, tidak sekedar
membunyikan huruf-huruf atau kata-kata akan tetapi sebuah keterampilan yang
melibatkan berbagai kerja akal dan pikiran. Membaca merupakan kegiatan yang
meliputi semua bentuk-bentuk berpikir, memberi penilaian, memberi keputusan,
menganalisis dan mencari pemecahan masalah. Maka terkadang orang yang sedang
membaca teks harus berhenti sejenak atau mengulangi lagi satu atau dua kalimat
yang telah dibaca guna berpikir dan memahami apa yang dimaksud oleh bacaan.[12]
Membaca sebenarnya meliputi kegiatan
berpikir, menilai, menganalisis, dan memecahkan masalah. Membaca dapat dibagi
menjadi; membaca jelas dan dalam hati, serta membaca intensif (mukasyafah) dan ekstensif (muwassa’ah). Kegiatan
membaca dapat dilakukan dengan, antara lain:
a. Muzakarat al-Talamiz,
yakni dengan mendorong
peserta didik untuk
mencari tahu dan
mempertanyakan hal-hal yang belum dimengerti dari sebuah wacana atau
bacaan dengan cara guru menentukan
bacaan, guru memberi kesempatan antara 5-10 menit untuk mempelajari teks. Setelah itu, peserta didik mengajukan
pertanyaan kepada yang lain, kemudian guru menjelaskan isi teks.
b. Akhziyat al-Nash, dengan membagi peserta didik dalam
beberapa kelompok. Setiap kelompok
diminta mengambil topik
yang terdapat dalam
setiap alenia. Setelah
selesai perwakilan kelompok menyampaikan
hasil kajian dari alenia tersebut pada kelompok lain, dan seterusnya.
c. Tartib al-Nash, teknis untuk mengetahui kemampuan dan
pemahaman dalam membaca dari
peserta didik. Langkahnya
adalah peserta didik
dibagi dalam beberapa
kelompok, setiap kelompok diminta
untuk menyusun kembali kalimat atau wacana yang dipotong-potong atau terpisah
sehinga tersusun kembali menjadi sebuah bacaan yang sistematis.[13]
d. Talkhis Jama’I, strategi ini membantu siswa untuk lebih
akrab dan saling berinteraksi dalam menuangkan gagasan dalam memahami materi.[14]
F.
Maharotul Kitabah
Keterampilan menulis harus diajarkan secara bertahap
kemudian pada tahap yang lebih tinggi. Adapun prinsip-prinsip dalam mengajarkan
maharatul kitabah adalah sebagai berikut:
1) tema
harus jelas.
2) tema
dianjurkan berasal dari kehidupan nyata atau pengalaman langsung dari peserta
didik.
3) pengajaran
insya’ harus dikaitkan dengan qawa’id dan muthala’ah.
4) pekerjaan
peserta didik harus dikoreksi, jika tidak maka peserta didik akan tetap
melakukan kesalahan yang sama.
5) mengoreksi
kesalahan diurutkan berdasarkan kepentingan dan dibahas pada pelajaran
berikutnya.
Adapun strategi yang dapat digunakan dalam maharatul
kitabah adalah sebagai berikut:
a) Musyarakat al-Kitabah al-Fa’alah
Strategi ini dapat
membuat peserta didik siap untuk mengeksplorasikan gagasannya lewat tulisan.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk melihat kemampuan peserta didik dalam
menulis dan bekerja sama dalam tim.
b) Ta’bir al-Shuwar
Strategi ini bertujuan
untuk melibatkan peserta didik dalam menemukan dan menuntut ide cerita secara
sistematis.
c) Mafahim Ra’isiyah
Strategi ini merupakan
rangkuman berbentuk gambar atau diagram tentang konsep yang saling berhubungan
dengan garis panah.
d) In’ikas al-Maudlu’
Tujuan dari strategi
ini agar peserta didik dapat bereksperimen dengan tema yang telah ditetapkan
untuk mengeksplorasi objek langsung lewat kacamatanya.[15]
G.
Strategi
Pembelajaran Mufradat (kosa kata)
Pembelajaran mufradat yang
dimaksud disini adalah mempelajari mufradat bertujuan agar siswa
menguasai mufradat dan dapat menerjemahkan serta mampu
mengaplikasikannya dalam penggunaan kalimat yang kemudian siswa dituntut
menggunakannya dalam bentuk lisan dan tulisan.
Dalam pembelajaran mufradat guru
harus menyiapkan kosa kata yang tepat bagi siswa-siswanya. Oleh sebab itu guru
harus berpegang pada prinsip-prinsip dan kriteria yang jelas. Adapun
prinsip-prinsip dalam memilih mufradat yang akan diajarakan pada pembelajaran
asing (selain penutur Arab) adalah
sebagai berikut:
a. Tawatur
(frekuensi) artinya memilih mufradat (kosa kata) yang sering
digunakan.
b. Tawazzu
(range) artinya memilih mufrad yang banyak digunakan di
negara-negara Arab, yakni tidak hanya banyak digunakan di sebagian Negara Arab.
c. Mataahiyah
(availability) artinya memilih kata tertentu dan bermakna tertentu pula.
Yakni kata-kata yang digunakan dalam materi tertentu.
d. Ulfah
(familiarity) artinya memilih kata-kata yang familiar dan terkenal serta
meninggalkan kata-kata yang jarang terdengar penggunaannya. Sperti kata syamsun lebih terkenal dari kata dzuka
walaupun artinya sama.
e. Syummul
(coverege) artinya memilih kata-kata yang digunakan dalam berbagai
bidang tidak terbatas pada bidang tertentu. Contoh kata baitun lebih baik dipilih dari pada kata manzil, karena penggunaanya lebih umum.
f. Ahmmiyah, artinya
memilih kata-kata yang sering dibutuhkan penggunaanya oleh siswa dari pada
kata-kata terkadang tidak dibutuhkan atau jarang dibutuhkan.
g. ‘uruubah,
artinya memilih kata-kata Arab, yakni memilih kata Arab walaupun ada
bandingannya dalam bahasa lain. Contoh memilih kata haanif dari pada kata telepon, atau kata midziya’ dari pada kata radio dan lain sebagainya
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh
dalam menjelaskan materi mufradat kepada siswa diantaranya :
·
Dapat
menampilkan benda yang ditunjuk oleh makna kata
·
Menggunakan
tubuh/boneka sebagai alat peraga. Misalnya, menyebutkan nama-nama anggota tubuh
manusia
·
Bermain peran.
Misalnya guru memegang kepalanya yang sedang sakit dan dokter melakukan
pemeriksaan terhadapnya
·
Menyebutkan
lawan kata dan sinonimnya
·
Mencari makna
kosa kata dalam kamus dan lain sebagainya yang dianggap relefan untuk
pembelajaran mufradat.[16]
H. Strategi Pembelajaran Nahwu (Tata Bahasa)
Nahwu merupakan
kaidah-kaidah bahasa yang lahir setelah adanya bahasa. Kaidah-kaidah ini lahir
dilatar belakangi adanya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa. Oleh
sebab itu sesungguhnya nahwu itu dipelajari agar pengguna bahasa dapat
menyampaikan ungkapan. Bahasa dan mampu memahaminya dengan benar baik dalam
bentuk tulisan (membaca dan menulis dengan benar). Maupun dalam bentuk ucapan
(bicara dengan benar). [17]
Menurut sistem lama, gramatika (qawa’id)
adalah merupakan materi yang harus disajikan secara prioritas, sebelum
mempresentasikan materi pelajaran yang lainnya. Khususnya di dalam pembelajaran
bahasa Arab. Namun setelah bahasa Arab berkembang, maka posisi gramatika (qawa’id)
beralih fungsi, tidak lagi seperti semula. Bahkan menurut pendapat terbaru tegas
Mahmud Yunus, gramatika (nahwu dan sharaf) itu disajikan secara
sambilan dalam pembelajaran membaca (muthala’ah), bercakap-cakap (muhadatsah),
dan hafalan (mahfudzat) pada tingkat Ibtidaiyah. Sesudah itu tegas
Mahmud Yunus lebih lanjut, baru diajarkan nahwu dan sharaf sesuai
dengan metode yang teratur.
Gramatika dalam proses pembelajarannya
bisa dilakukan melalui al-Tadrib
al-Lughawi (latihan bahasa). Ada tiga teknik pembelajaran gramatika (qawa’id)
melalui proses al-Tadrib al-Lughawi,
yaitu:
a) Latihan
Teknik Dialogis
Prinsip teknik dialogis
ini adalah:
· Pendidik
mempersiapkan seperangkat teks dialog yang mengandung aneka unsur kesatuan
gramatika yang akan didrillkan terhadap peserta didik.
· Pendidik
melatih peserta didik tentang materi dialog diatas secara kontinyu dengan
proses mendengarkan, mengikuti, menirukan, berlatih, dengan tanpa mengabaikan
pengetahuan peserta didik terhadap istilah nahwu dan sharaf,
sehingga peserta didik tidak merasa sedang beratih (Gramatika)
Contoh latihan bahasa
dengan menggunakan dhamir:
من أين أنت؟ أنا من لانبونج
هل انت طالب؟ نعم، أنا طالب
b) Latihan
Teknik Simulasi Bahasa
Contoh konkret latihan
teknik simulasi bahasa:
Pendidik menulis contoh di papan
tulis yang ditirukan oleh peserta didik, sepertiأنا
رسم و أنت ماذا رسمت؟ kemudian siswa berdiri disekitarnya,
setelah itu peserta didik pertama bertanya kepada kawan disampingnya أنا رسمت كرة، و أنت، ماذا رسمت؟ وسأل التلميذ الأول مَنْ
بجواره, maka ia menjawab, dan kemudian balik bertanya kepada kawan
disebelahnya. Begitu seterusnya. Barang siapa yang salah maka keluar dari area
simulasi[18]
DAFTAR PUSTAKA
Anshor, A. M. (2009). Pengajaran Bahasa Arab Media dan Metodenya.
Yogyakarta: Teras.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hairuddin, dkk. (2008). Bahan Ajar Cetak Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hamid, A. dkk. (2008). Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan,
Metode, Strategi, Materi, dan Media. Malang: UIN-Malang Press.
Mu’in, A. (2015). Analisis Kontrasif Bahasa Arab dan Bahasa
Indonesia. Pekalongan: CV Duta Media.
Muna,
W. (2011). Metodologi Pembelajaran Bahasa
Arab. Yogyakarta:Teras.
Subur.
(2006). “Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Pemikiran
Alternatif Pendidikan Insania. 11, (2), 164-175.
Yusraini. (2012). “Strategi Pembelajaran Bahasa Arab dan Implikasinya
Terhadap Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Media Akademika.
27, (3), 387-402.
Zulhannan. (2014). Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Intensif.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
[1]Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-4, ( Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008 ), hlm. 1340
[2] Hamdani, Strategi
Belajar Mengajar, ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2011 ), hlm. 18-19
[3] Abd.Mu’in HS, Analisis
Kontrasif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, (Pekalongan: CV Duta Media,
2015), hlm.18-19
[4] Ahmad Muhtadi
Anshor, Pengajaran Bahasa Arab Media dan Metodenya, (teras: Yogyakarta,
2009), hlm.6-7
[5] Yusraini,
(2012). “Strategi Pembelajaran Bahasa Arab dan Implikasinya Terhadap
Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Media Akademika. Vol. 27,
No. 3, hal. 392-395
[6] Hairuddin,
dkk.,Bahan Ajar Cetak Pembelajaran Bahasa Indonesia. (Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional. 2008). hlm. 3.5
[7]Yusraini,
(2012). “Strategi Pembelajaran Bahasa Arab dan Implikasinya Terhadap
Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Media Akademika. Vol. 27,
No. 3, hal. 396-397.
[8] Drs.
Zulhannan, M.A,Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Intensif. (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2014). hlm. 95.
[9]Yusraini,Op.
Cit.,hal. 397.
[10]Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab
(Yogyakarta:Teras,2011), hlm.120.
[12] M. Abdul
Hamid, dkk., Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi,
dan Media, ( Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 46.
[13]Subur,
(2006). “Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Pemikiran
Alternatif Pendidikan Insania. Vol. 11, No. 2, hal. 6.
[14]Yusraini, Op.
Cit.,hal. 398.
[15]Yusraini, Ibid.,
Hlm. 398-399.
[16] Wa Muna, Op. Cit., hlm.129-130.
[18] Zulhannan, Op. Cit., hlm.112-114.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar