Kamis, 10 November 2016

Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di MI / SD



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar, sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak. Anak didik merupakan individu yang berbeda. Maka dari itu hendaknya pembelajaran memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Dalam pembelajaran bahasa Arab masalah menjadi semakin rumit lagi, persoalan pembelajaran bahasa asing salah satunya adalah bahasa Arab menjadi issu sentral dan sangat rumit bagi kalangan akademis. Hal ini terjadi antara lain karena kekeliruan menerapkan strategi pembelajaran. Padahal pembelajaran bahasa Arab di Indonesia, telah diajarkan disekolah-sekolah pada umumnya, dan sekolah-sekolah agama pada hususnya, sejak tingkat Madrasah Ibtidaiyah(MI) hingga tingkat Perguruan Tinggi.
Pembelajaran yang efektif adalah belajar  yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta didik melalui prosedur yang tepat untuk tercipta suasana yang menyenangkan dan memaksimalkan hasil belajar yang telah direncanakan. Pembelajaran akan efektif bagi  peserta didik jika pembelajaran tersebut memiliki variasi dalam strateginya. Penggunaan strategi yang bervariasi  sangat mempengaruhi kondisi pembelajaran yang efektif dan membuat peserta didik termotivasi dalam belajar bahasa Arab.



B.     Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang kami menemukan beberapa permasalahan yang timbul, diantaranya:
1.      Apa pengertian dari strategi?
2.      Apakah pengertian pembelajaran bahasa Arab?
3.      Strategi apa yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Arab?
C.    Tujuan Penulisan
Dapat mengetahui pengertian dari strategi dan pembelajaran bahasa Arab. Selain itu, kita dapat mengetahui strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Arab.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus ( yang diinginkan ).[1] Joni berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana yang kondusif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun ciri-ciri strategi menurut Stone dan Sirait adalah sebagai berikut:
1.      Wawasan Waktu, meliputi cakrawala waktu yang jauh ke depan, yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya
2.      Dampak, walaupun hasil akhir dengan mengikuti strategi tertentu tidak langsung terlihat untuk jangka waktu lama, dampak akhir akan sangat berarti
3.      Pemusatan upaya, sebuah strategi yang efektif bisanya mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya, atau perhatian terhadap rentang sasaran yang sempit
4.      Pola keputusan, kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sederetan keputusan tertentu harus diambil sepanjang waktu. Keputusan-keputusan tersebut harus saling menunjang, artinya mengikuti suatu pola yang konsisten
5.      Peresapan, sebuah strategi mencakup suatu spektrum kegiatan yang luas mulai dari proses alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan operasi harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan-kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan organisasi bertindak secara naluri dengan cara-cara yang akan memperkuat strategi.
Dengan demikian, strategi dapat diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan tenaga, waktu, serta kemudahan secara otimal.
Strategi pengajaran terdiri atas metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi pengajaran lebih luas daripada metode atau teknik pengajaran. Peranan strategi pengajaran lebih penting apabila guru mengajar siswa yang berbeda dari segi kemampuan, pencapaian, kecenderungan, serta minat.[2]
Bahasa sendiri merupakan alat komunikasi. Manusia sejak lahir berusaha untuk dapat berkomunikasi dengan lingkungannya. Dari itu lahirlah bahasa masyarakat tertentu dengan tanpa harus musyawarah terlebih dahulu. Karena setiap masyarakat melahirkan bahasa untuk berkomunikasi dikalangan mereka, maka terjadilah bahasa-bahasa yang beraneka ragam sesuai dengan taraf masyarakat, dimana bahasa itu lahir.
Namun demikian para ahli bahasa mengelompokan bahasa-bahasa di dunia menjadi beberapa rumpun. Max Muller membaginya kepada tiga rumpun, yaitu; Indo Eropa, Semit Hemit dan Turania. Bahasa Arab termasuk dalam rumpun bahasa semit yang menjadi salah satu rumpun dari bahasa semit-semit atau dalam istilah lain homo semetic atau dalam bahasa Arab Al-Hamiyal Al-Samiyah. Bahasa Arab adalah kalimat yang disampaikan oleh orang Arab untuk maksud-maksud mereka. Abdul Alim Ibrahim mengatakan bahwa bahasa Arab adalah bahasanya orang-orang Arab dan bahasanya orang-orang Islam.[3]
Syaikh Mustofa al-Ghulayaini mengemukakan: Al-lughah al-arabiyyah hiya al-kalimat allati yuabbiru biha al-arab an aghradlihim. (Bahasa Arab adalah kata-kata yang dipergunakan orang Arab untuk mengungkapkan segala tujuan atau maksud mereka).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengajaran bahasa Arab adalah proses penyajian dan menyampaian ilmu pengetahuan oleh guru bahasa Arab kepada murid dengan tujuan agar murid memahami dan menguasai bahasa Arab serta dapat mengembangkannya. Pengajaran bahasa Arab diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu tujuan jangka panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus). Secara umum tujuan pengajaran bahasa Arab do Indonesia adalah agar siswa mampu menggunakan bahasa tersebut secara aktif maupun pasif.[4]
B.     Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab

Pemilihan strategi dalam pembelajaran bahasa Arab memuat dua hal penting yakni pemilihan strategi belajar yang dilakukan oleh peserta didik  dan  pemilihan  strategi  mengajar  yang  harus  dilakukan  oleh tenaga pendidik.
Pemilihan strategi pembelajaran bahasa Arab dapat berdasarkan pertimbangan atau kriteria sebagai berikut:
1.       Tujuan Belajar
Startegi  pembelajaran  harus dipilih  sesuai dengan  tujuan belajar  yang  diharapkan  dapat  dicapai  peserta  didik.  Tujuan belajar  merupakan  titik  tolak  penentuan  strategi  yang  akan digunakan. Misalnya tujuan belajar siswa dapat memahami jumlah ismiah. Dengan demikian metode yang dipakai sebagai bagian dari strategi adalah menggunakan metode qawa’id dan terjemah.
2.      Materi atau isi pelajaran
Peranan  materi  atau  isi  pelajaran  yaitu,  pertama, mencerminkan  suatu  sudut  pandang  yang  tajam  dan  inovatif mengenai  pengajaran  serta  mendemontrasi aplikasinya  dalam bahan ajar yang disajikan. Kedua, menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, ketiga menyedia sumber yang tersusun  rapid  an  bermanfaat,  keempat,  menyajikan  metode- metode  dan  sarana-sarana  pembelajaran  untuk  memotivasi peserta didik, kelima menjadi penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas  praktis  keenam,  menyajikan  bahan  evaluasi  dan remedial.
3.      Peserta Didik
Peserta didik sebagai orang yang belajar merupakan subjek dalam  proses  pembelajaran.  Dalam  pemilihan strategi pembelajaran yang efektif  harus memperhatikan karakteristik peserta didik yang memiliki potensi dan firah yang dimiliki dan sekaligus harapan untuk berkembang kearah yang lebih baik dan menjadi pribadi yang sempurna.
4.      Kondisi pendidikan dimana berlansung
Efektif  tidaknya  suatu  strategi  pembelajaran  sangat dipengaruhi  kemampuan  guru  memakainya  disamping kepribadian guru.
5.      Waktu,
Waktu  yang  tersedia  juga  perlu  diperhatikan  ketika meyampaikan materi bahasa Arab  dengan menggunakan strategi tamsil atau al naql sementara waktu yang disediakan hanya 45 menit.    Maka  waktu  tersebut  harus  diguna  seefektif  mungkin sehingga kompetensi dasar peserta didik dapat tercapai.
6. Sarana yang dapat dimanfaatkan.
7. Biaya.
                        Pemilihan  strategi  pembelajaran  bahasa  Arab  yang  akan digunakan  dalam  proses  pembelajaran  bahasa  Arab    hendaknya ditentukan berdasar  kriteria sebagai berikut :
1.       Berorientasi pada strategi pembelajaran.
Tipe  perilaku  apa  yang  diharapkan    dapat  dicapai  oleh peserta  didik  misalnya  peserta  didik  mampu  berkomunikasi menggunakan bahasa Arab, maka strategi  yang paling dekat dan sesuai adalah diantaranya khibrat mutsirah, strategi ini untuk memotivasi  siswa    mengungkapkan  pengalaman  yang  pernah dialami atau strategi tamtsiliyah  adalah mengekspresikan dialek bahasa  Arab  fusha  dengan  fasih  sesuai  dengan  makhraj  dan mengeksplorasi kemampuan mereka bermain peran.
2.      Pilih teknik  pembelajaran sesuai keterampilan berbahasa untuk bahasa arab keterampilan  yang harus dimiliki adalah  istima’, kalam, qira’ah dan kitabah   yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik.
3.      Gunakan  media  pembelajaran  sebanyak  mungkin    memberi rangsangan pada indera peserta didik. Misalnya menggunakan laboratorium  bahasa    untuk  pembelajaran  istima’    agar  dapat mendengar lansung penutur asli  berbicara  dan dapat  mencoba mengulang dengan menggunakan headphone.[5]
C.    Maharotul istima’
Menyimak, sebagai salah satu keterampilan berbahasa, tidak kalah pentingnya dengan berbicara, membaca dan menulis. Menyimak, berbicara, membaca dan menulis harus disajikan secara terpadu dalam pembelajaran keterampilan berbahasa di MI/SD. Menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau melalui rekaman radio, telepon atau televisi. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, menafsirkan, menilai, dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Jadi, peristiwa menyimak pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi.[6]
Berdasarkan hasil penelitian ilmiah membuktikan, bahwa sebagian besar orang hanya dapat menyerap 30% saja dari pengetahuan yang didengarnya dan hanya dapat mengingat 25% dari apa yang ia serap dari pengetahuan. Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan  daya serap pengetahuan yang di dengar maka maharotul istima’ perlu dilatih secara khusus.  Adapun strategi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a.       Ta’lim muta’awin, strategi ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang sama dengan cara yang berbeda dengan membandingkan catatan hasil belajar.
b.      Talkhis magza’, strategi ini menguji kemampuan  menyimak terhadap isi cerita. Melalui pertanyaan (apa, siapa, mengapa, bagaimana, dimana dan kapan) siswa dapat memberikan jawaban sesuai dengan isi cerita yang disimak. Tujuan strategi ini untuk menumbuhkan proses berpikir kreatif dan kritis terhadap materi yang diberikan.
c.       Istima’ Mutabadil, melatih pendengaran peserta didik dengan cara menyajikan suatu bacaan dengan tema tertentu. Kemudian, meminta peserta didik untuk menganalisis dengan menggunakan kata-kata tanya (istifham). Strategi ini bertujuan agar peserta didik untuk tetap konsentrasi dan fokus pada materi yang sedang disampaikan.
d.      Istima’ al-ma’lumat aw al-akhbar, peserta didik dapat melatih pendengaran lewat kebiasaan mendengar berbagai berita dan informasi yang disajikan lewat media elektronik. Dari sajian latihan pendengaran model ini, maka peserta didik terbiasa memahami gaya bahasa yang digunakan dan model komunikasi yang dilakukan oleh native speaker. Strategi ini tujuannya adalah agar peserta konsentrasinya akan terfokus untuk tetap utuh dalam waktu yang cukup lama.[7]
D.    Maharotul Kalam
Berbicara (Kalam) secara etimologis adalah perkataan, percakapan, dan pembicaraan. Adapun pengertian Berbicara (Kalam) secara terminologis adalah mengucapkan bunyi-bunyi bahasa arab secara benar dan akurat, dan bunyi-bunyi tersebut keluar dari makhraj al-huruf yang telah menjadi konsensus pakar bahasa.[8]
Keterampilan berbicara ini sebenarnya sangat menarik, akan tetapi sering terjadi sebaliknya, yaitu suasana menjadi kaku dan akhirnya macet. Hal ini disebabkan penguasaan kosa kata dan pola kalimat peserta didik yang minim, pendidik bahasa Arab tidak memiliki kompetensi aktif, bahkan peserta didik kurang berani mengekspresikan kompetensinya karena takut salah. Namun, kunci keberhasilan keterampilan berbicara ini sebenarnya ada pada pendidik, dimana ia mampu menawarkan alternatif topik-topik yang aktual serta bervariasi.
Dalam pembelajaraan kalam ada beberapa hal yang harus diperhatikan pertama, mempunyai topik yang akan dibicarakan, kedua mempunyai kosa kata yang relevan dengan topik. Adapun strategi yang dapat digunakan dapat digunakan dalam pembelajaran kalam adalah sebagai berikut
a.       Khibrat mutsirah, menyampaikan topik bahasa Arab yang selalu dikaitkan dengan pengalaman peserta didik sehari-hari. Kemudian, meminta peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengalamannya yang disesuaikan dengan topik tersebut. Strategi ini bertujuan agar peserta didik mengungkapkan pengalaman yang pernah dialami berkaitan dengan teks yang akan diajarkan.
b.      Ta’bir al-ara’ al-ra’isiyyah, mengasah keberanian peserta didik untuk bicara dengan bahasa Arab secara spontan dan kreatif, yaitu dengan menjelaskan materi melalui peta konsep (labelisasi). Strategi ini bertujuan untuk mengasah keberanian peserta didik mengungkapkan bahasa Arab secara spontanitas kreatif.
c.       Tamtsiliyyah, mengajak peserta didik belajar bahasa Arab dengan cara bermain drama, masing-masing diberi peran sesuai skenario yang terdapat dalam bacaan. Pada kegiatan ini mempunyai dua manfaat, yaitu hiburan dan belajar berbahasa. Strategi ini bertujuan agar peserta didik dapat mengekspresikan dialek bahasa Arab fusha dengan fasih sesuai dengan makhraj. Dan mengekplorasi kemampuannya dalam bermain peran.
d.      Ya’lab daur al-mudarris, strategi ini bertujuan untuk mendapatkan partisipasi lansung baik dari kelas ataupun individu dan setiap peserta didik dapat berperan sebagai guru dari kawan-kawannya.[9]
Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran kalam (berbicara) di SD/MI yaitu:
a.       Guru mulai melatih bicara dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa.
b.      Pada saat yang bersamaan siswa diminta untuk belajar mengucapkan kata, menyusun kalimat dan mengungkapkan pikiran.
c.       Guru mengurutkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh siswa sehingga berakhir membentuk sebuah tema yang sempurna.
d.      Guru bisa menyuruh siswa menghafalkan percakapan atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang telah dibaca siswa.[10]
Misalnya dalam pembelajaran kalam guru dapat memulai pembelajaran dengan menyebutkan nama-nama benda yang ada dalam ruang kelas dan meminta siswa untuk menyebutkannya kembali, setelah itu materi dilanjutkan dengan merangkai kosa kata tersebut menjadi suatu kalimat seperti:
هَذَا قَلَم اَيْنَ كِتَاب؟ كِتَاب فِي المَحْفَظَة
Selain itu dapat pula menggunakan gambar atau benda tertentu, kemudian guru membuat sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan gambar tersebut dan siswa diminta untuk menjawabnya atau meminta siswa menjelaskan gambar tersebut seperti gambar bunga dibawah ini.[11]
 





                       ( Sumber: google.com )
مَا هذأ؟...
هذا وَردة
مَا لَوْنُهَا؟...
لَونُها اَحْمَر
E.     MaharotulQira’ah
Membaca merupakan materi terpenting diantara materi-materi pelajaran lainnya. Siswa tidak akan pandai pada pelajaran yang lain apabila dia tidak dapat membaca dengan baik. Dapat dikatakan bahwa membaca merupakan sarana terpenting dalam pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Arab terutama pembelajaran bahasa Non Arab.
Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang tidak mudah dan sederhana, tidak sekedar membunyikan huruf-huruf atau kata-kata akan tetapi sebuah keterampilan yang melibatkan berbagai kerja akal dan pikiran. Membaca merupakan kegiatan yang meliputi semua bentuk-bentuk berpikir, memberi penilaian, memberi keputusan, menganalisis dan mencari pemecahan masalah. Maka terkadang orang yang sedang membaca teks harus berhenti sejenak atau mengulangi lagi satu atau dua kalimat yang telah dibaca guna berpikir dan memahami apa yang dimaksud oleh bacaan.[12]
Membaca sebenarnya meliputi kegiatan berpikir, menilai, menganalisis, dan memecahkan masalah. Membaca dapat dibagi menjadi; membaca jelas dan dalam hati, serta membaca intensif (mukasyafah)  dan ekstensif (muwassa’ah). Kegiatan membaca dapat dilakukan dengan, antara lain:
a. Muzakarat  al-Talamiz, yakni  dengan  mendorong  peserta  didik  untuk  mencari  tahu  dan  mempertanyakan hal-hal yang belum dimengerti dari sebuah wacana atau bacaan dengan cara  guru menentukan bacaan, guru memberi kesempatan antara 5-10 menit untuk mempelajari teks.  Setelah itu, peserta didik mengajukan pertanyaan kepada yang lain, kemudian guru menjelaskan  isi teks.
b. Akhziyat al-Nash, dengan membagi peserta didik dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok  diminta  mengambil  topik  yang  terdapat  dalam  setiap  alenia.  Setelah  selesai  perwakilan kelompok menyampaikan hasil kajian dari alenia tersebut pada kelompok lain, dan seterusnya.
c. Tartib al-Nash, teknis untuk mengetahui kemampuan dan pemahaman dalam membaca dari  peserta  didik.  Langkahnya  adalah  peserta  didik  dibagi  dalam  beberapa  kelompok,  setiap kelompok diminta untuk menyusun kembali kalimat atau wacana yang dipotong-potong atau terpisah sehinga tersusun kembali menjadi sebuah bacaan yang sistematis.[13]
d. Talkhis Jama’I, strategi ini membantu siswa untuk lebih akrab dan saling berinteraksi dalam menuangkan gagasan dalam memahami materi.[14]
F.     Maharotul Kitabah
Keterampilan menulis harus diajarkan secara bertahap kemudian pada tahap yang lebih tinggi. Adapun prinsip-prinsip dalam mengajarkan maharatul kitabah adalah sebagai berikut:
1)      tema harus jelas.
2)      tema dianjurkan berasal dari kehidupan nyata atau pengalaman langsung dari peserta didik.
3)      pengajaran insya’ harus dikaitkan dengan qawa’id dan muthala’ah.
4)      pekerjaan peserta didik harus dikoreksi, jika tidak maka peserta didik akan tetap melakukan kesalahan yang sama.
5)      mengoreksi kesalahan diurutkan berdasarkan kepentingan dan dibahas pada pelajaran berikutnya.
Adapun strategi yang dapat digunakan dalam maharatul kitabah adalah sebagai  berikut:
a)      Musyarakat al-Kitabah al-Fa’alah
Strategi ini dapat membuat peserta didik siap untuk mengeksplorasikan gagasannya lewat tulisan. Tujuan dari strategi ini adalah untuk melihat kemampuan peserta didik dalam menulis dan bekerja sama dalam tim.
b)      Ta’bir al-Shuwar
Strategi ini bertujuan untuk melibatkan peserta didik dalam menemukan dan menuntut ide cerita secara sistematis.
c)      Mafahim Ra’isiyah
Strategi ini merupakan rangkuman berbentuk gambar atau diagram tentang konsep yang saling berhubungan dengan garis panah.
d)      In’ikas al-Maudlu’
Tujuan dari strategi ini agar peserta didik dapat bereksperimen dengan tema yang telah ditetapkan untuk mengeksplorasi objek langsung lewat kacamatanya.[15]
G.    Strategi Pembelajaran Mufradat (kosa kata)
Pembelajaran mufradat yang dimaksud disini adalah mempelajari mufradat bertujuan agar siswa menguasai mufradat dan dapat menerjemahkan serta mampu mengaplikasikannya dalam penggunaan kalimat yang kemudian siswa dituntut menggunakannya dalam bentuk lisan dan tulisan.
Dalam pembelajaran mufradat guru harus menyiapkan kosa kata yang tepat bagi siswa-siswanya. Oleh sebab itu guru harus berpegang pada prinsip-prinsip dan kriteria yang jelas. Adapun prinsip-prinsip dalam memilih mufradat yang akan diajarakan pada pembelajaran asing (selain penutur Arab)  adalah sebagai berikut:
a.    Tawatur (frekuensi) artinya memilih mufradat (kosa kata) yang sering digunakan.
b.    Tawazzu (range) artinya memilih mufrad yang banyak digunakan di negara-negara Arab, yakni tidak hanya banyak digunakan di sebagian Negara Arab.
c.    Mataahiyah (availability) artinya memilih kata tertentu dan bermakna tertentu pula. Yakni kata-kata yang digunakan dalam materi tertentu.
d.   Ulfah (familiarity) artinya memilih kata-kata yang familiar dan terkenal serta meninggalkan kata-kata yang jarang terdengar penggunaannya. Sperti kata syamsun lebih terkenal dari kata dzuka walaupun artinya sama.
e.    Syummul (coverege) artinya memilih kata-kata yang digunakan dalam berbagai bidang tidak terbatas pada bidang tertentu. Contoh kata baitun lebih baik dipilih dari pada kata manzil, karena penggunaanya lebih umum.
f.     Ahmmiyah, artinya memilih kata-kata yang sering dibutuhkan penggunaanya oleh siswa dari pada kata-kata terkadang tidak dibutuhkan atau jarang dibutuhkan.
g.    ‘uruubah, artinya memilih kata-kata Arab, yakni memilih kata Arab walaupun ada bandingannya dalam bahasa lain. Contoh memilih kata haanif dari pada kata telepon, atau kata midziya’ dari pada kata radio dan lain sebagainya
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam menjelaskan materi mufradat kepada siswa diantaranya :
·         Dapat menampilkan benda yang ditunjuk oleh makna kata
·         Menggunakan tubuh/boneka sebagai alat peraga. Misalnya, menyebutkan nama-nama anggota tubuh manusia
·         Bermain peran. Misalnya guru memegang kepalanya yang sedang sakit dan dokter melakukan pemeriksaan terhadapnya
·         Menyebutkan lawan kata dan sinonimnya
·         Mencari makna kosa kata dalam kamus dan lain sebagainya yang dianggap relefan untuk pembelajaran mufradat.[16]
H.    Strategi Pembelajaran Nahwu (Tata Bahasa)
Nahwu merupakan kaidah-kaidah bahasa yang lahir setelah adanya bahasa. Kaidah-kaidah ini lahir dilatar belakangi adanya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa. Oleh sebab itu sesungguhnya nahwu itu dipelajari agar pengguna bahasa dapat menyampaikan ungkapan. Bahasa dan mampu memahaminya dengan benar baik dalam bentuk tulisan (membaca dan menulis dengan benar). Maupun dalam bentuk ucapan (bicara dengan benar). [17]
Menurut sistem lama, gramatika (qawa’id) adalah merupakan materi yang harus disajikan secara prioritas, sebelum mempresentasikan materi pelajaran yang lainnya. Khususnya di dalam pembelajaran bahasa Arab. Namun setelah bahasa Arab berkembang, maka posisi gramatika (qawa’id) beralih fungsi, tidak lagi seperti semula. Bahkan menurut pendapat terbaru tegas Mahmud Yunus, gramatika (nahwu dan sharaf) itu disajikan secara sambilan dalam pembelajaran membaca (muthala’ah), bercakap-cakap (muhadatsah), dan hafalan (mahfudzat) pada tingkat Ibtidaiyah. Sesudah itu tegas Mahmud Yunus lebih lanjut, baru diajarkan nahwu dan sharaf sesuai dengan metode yang teratur.
Gramatika dalam proses pembelajarannya bisa dilakukan melalui al-Tadrib al-Lughawi (latihan bahasa). Ada tiga teknik pembelajaran gramatika (qawa’id) melalui proses al-Tadrib al-Lughawi, yaitu:
a)      Latihan Teknik Dialogis
Prinsip teknik dialogis ini adalah:
·      Pendidik mempersiapkan seperangkat teks dialog yang mengandung aneka unsur kesatuan gramatika yang akan didrillkan terhadap peserta didik.
·      Pendidik melatih peserta didik tentang materi dialog diatas secara kontinyu dengan proses mendengarkan, mengikuti, menirukan, berlatih, dengan tanpa mengabaikan pengetahuan peserta didik terhadap istilah nahwu dan sharaf, sehingga peserta didik tidak merasa sedang beratih (Gramatika)
Contoh latihan bahasa dengan menggunakan dhamir:
من أين أنت؟ أنا من لانبونج
هل انت طالب؟ نعم، أنا طالب
b)      Latihan Teknik Simulasi Bahasa
Contoh konkret latihan teknik simulasi bahasa:
Pendidik menulis contoh di papan tulis yang ditirukan oleh peserta didik, sepertiأنا رسم و أنت ماذا رسمت؟  kemudian siswa berdiri disekitarnya, setelah itu peserta didik pertama bertanya kepada kawan disampingnya أنا رسمت كرة، و أنت، ماذا رسمت؟ وسأل التلميذ الأول مَنْ بجواره, maka ia menjawab, dan kemudian balik bertanya kepada kawan disebelahnya. Begitu seterusnya. Barang siapa yang salah maka keluar dari area simulasi[18]




DAFTAR PUSTAKA


Anshor, A. M. (2009). Pengajaran Bahasa Arab Media dan Metodenya. Yogyakarta: Teras.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hairuddin, dkk. (2008). Bahan Ajar Cetak Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat  Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar.  Bandung: CV Pustaka Setia.

Hamid, A. dkk. (2008). Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media. Malang: UIN-Malang Press.

Mu’in, A. (2015). Analisis Kontrasif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Pekalongan: CV Duta Media.

Muna, W. (2011). Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta:Teras.

Subur. (2006). “Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan Insania. 11, (2), 164-175.

Yusraini. (2012). “Strategi Pembelajaran Bahasa Arab dan Implikasinya Terhadap Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Media Akademika. 27, (3), 387-402.

Zulhannan. (2014). Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Intensif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.



[1]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-4, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008 ), hlm. 1340
[2] Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2011 ), hlm. 18-19
[3] Abd.Mu’in HS, Analisis Kontrasif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, (Pekalongan: CV Duta Media, 2015), hlm.18-19
[4] Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab Media dan Metodenya, (teras: Yogyakarta, 2009), hlm.6-7
[5] Yusraini, (2012). “Strategi Pembelajaran Bahasa Arab dan Implikasinya Terhadap Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Media Akademika. Vol. 27, No. 3, hal. 392-395
[6] Hairuddin, dkk.,Bahan Ajar Cetak Pembelajaran Bahasa Indonesia. (Jakarta: Direktorat  Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2008). hlm. 3.5
[7]Yusraini, (2012). “Strategi Pembelajaran Bahasa Arab dan Implikasinya Terhadap Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Media Akademika. Vol. 27, No. 3, hal. 396-397.
[8] Drs. Zulhannan, M.A,Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Intensif. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014). hlm. 95.
[9]Yusraini,Op. Cit.,hal. 397.
[10]Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta:Teras,2011), hlm.120.
[11]Ibid., hlm.121.
[12] M. Abdul Hamid, dkk., Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, ( Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 46.
[13]Subur, (2006). “Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan Insania. Vol. 11, No. 2, hal. 6.
[14]Yusraini, Op. Cit.,hal. 398.
[15]Yusraini, Ibid., Hlm. 398-399.
[16] Wa Muna, Op. Cit., hlm.129-130.
[17]Ibid., hlm. 131.
[18] Zulhannan, Op. Cit., hlm.112-114.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar