Materi-Materi Dalam Perkuliahan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah - IAIN Pekalongan
Kamis, 24 November 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi, perkembangan ilmu dan teknologi sangat pesat. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan pun tidak terlepas dari perkembangan internet. Dalam dunia pendidikan sering kali muncul masalah yang berhubungan dengan proses pembelajaran yaitu lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, seorang guru memiliki peranan penting demi tercapainya kegiatan pembelajaran di sekolah. Guru menjadi ujung tombak terciptanya proses pembelajaran. Meskipun guru mempunyai kecerdasan tanpa didukung dengan media pembelajaran yang baik maka proses pembelajaran itu akan menjenuhkan dan kurang menarik minat siswa.
Untuk itu dalam pembelajaran perlu adanya media pembelajaran yaitu internet. Dengan adanya media tersebut setiap siswa mampu memanfaatkan internet sesuai dengan kebutuhan pendidikan. Di samping itu pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran sangat mempermudah siswa dalam dalam mengakses sebuah informasi pengetahuan, mengirim tugas-tugas sekolah lewat email, dan sebagainnya. Selain siswa, guru juga dapat mempermudah dalam menyampaikan pembelajaran. Pemanfaatan media internet sangat penting bagi terlaksananya pembelajaran yang baik.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi, sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi pembelajaran. Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media komunikasi bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran akan tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran yang lebih menarik.
Media yang paling popular dewasa ini adalah penggunaan komputer atas talian (internet). Beberapa faktor menyumbang kepopularan ini termasuk ketersediaannya secara cuma-cuma untuk semua lapisan pengguna dan juga adanya ciri-ciri internet yang boleh dimanfaatkan untuk pengajaran dan pembelajaran.
Pemanfaatan internet dalam pembelajaran merupakan hal yang penting. Setiap komponen yang berada dalam lingkup pendidikan dapat memanfaatkan berbagai aplikasi internet dengan mudah dan memudahkan mendapatkan berbagai informasi pengetahuan. Sesuai dengan perkembangan teknologi, penggunaan internet memiliki dampak yang positif dan negatif. Dampak posistif yaitu bagi siswa dapat memperoleh berbagai pengetahuan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, dan bagi guru dapat mempermudah menyediakan media pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran dan terciptanya pembelajaran yang menarik. Di samping itu juga ada dampak penggunaan internet yaitu banyaknya terjadi kejahatan.
B. Rumusan Masalah
Atas dasar perumusan latar belakang diatas, maka kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Perkembangan Media Pendidikan ?
2. Bagaimana Sejarah Internet ?
3. Apa pengertian Internet ?
4. Apa karakteristik dan fungsi internet ?
5. Bagaimana perkembangan Internet di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi ?
6. Apa Aplikasi Internet untuk Pengajaran ?
7. Bagaimana Pemanfaatan Internet dalam Media Pendidikan ?
8. Bagaimana Strategi Perluasan Paradigma Lembaga Pendidikan ?
9. Bagaimana Cara Mengakses Internet ?
10. Apa Sumber Daya Internet ?
C. Tujuan Penulisan Makalah adalah
Makalah ini disusun untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi para guru dan murid dalam pemahaman tentang pengembangan media pendidikan bernasis internet. Secara terperinci tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan media pendidikan
2. Untuk mengetahui sejarah internet
3. Untuk mengetahui Pengertian internet
4. Untuk mengetahui Karakteristik dan fungsi internet
5. Untuk mengetahui Perkembangan internet di era teknologi informasi dan komputer.
6. Untuk mengetahui Aplikasi untuk pengajaran.
7. Untuk mengetahui Pemanfaatan internet dalam media pendidikan.
8. Untuk mengetahui Strategi perluasan paradigma lembaga pendidikan.
9. Untuk mengetahui Cara mengakses internet.
10. Untuk mengetahui Sumber daya Internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Media Pendidikan
Sebelum pembahasan menuju kepada perkembangan media pendidikan, alangkah baiknya mengetahui asal kata media pendidikan. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Jadi yang dimaksud media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dengan baik.
Perkembangan media pada mulanya hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Namun, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual sehingga kurang memperhatikan aspek desain, pengembangan pembelajaran dan evaluasinya.
Pada pertengahan abad ke-20 telah masuk pengaruh teknologi audio sehingga keluarlah yang namanya alat audio visual atau audio visual aids (AVA). Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Baru pada tahun 1960-1965 orang mulai memperhatikan siswa sebagai komponen yang penting dalam proses belajar mengajar. Pada saat itu teori tingkah laku (behaviorism theory) ajaran B.F. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Pada tahun 1965-1970 pendekatan sistem (system approach) mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam program pembelajaran.
B. Sejarah Internet
Pada 1957, Unisoviet meluncurkan satelit Sputnik. Peluncuran satelit Sputnik merupakan ancaman bagi rival Unisoviet, yaitu Amerika Serikat. Untuk menjaga superioritasnya maka presiden D.Eisenhoer membentuk ARPA( Advancet Research Project Agency), sebuah lembaga riset yang bernaung dibawah departemen pertahanan Amerika Serikat.
Pada 1969, departemen pertahanan Amerika Serikat memerintahkan ARPA untuk membangun jaringan komunikasi berbasis computer agar dapat berhubungan dengan kalangan Universitas.
Jaringan komunikasi ini disebut ARPAnet. ARPAnet hanya menghubungkan empat situs, yaitu SRI (standford research institute), UCLA ( university of California, los angeles), dan university of Utah. Pada 1970, penelitian di standford university menghasilkan sebuah protocol yang disebut TCP/IP (transmission control protocol atau internet protocol). Protokol ini kemudian terus berkembang menjadi protocol standar dalam internet.
Di Indonesia, jaringan internet mulai dikembangkan pada tahun 1983 di Universitas Indonesia, berupa UINet oleh Dr. Joseph F.P Luhukay yang diketika itu baru saja menamatkan program doktor Filosofi Ilmu Komputer di Amerika Serikat. Jaringan itu dibangun selama empat tahun.
Pada tahun yang sama, Luhukay juga mulai mengembangkan University Network (Uniner) di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang merupakan jaringan komputer dengan jangkuan yang lebih luas yang meliputi Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Hasanudin dan Ditjen Dikti.
C. Pengertian Internet
Internet merupakan suatu media untuk berbagi informasi dan berinteraksi kapan dan di mana saja. Menurut Turban, internet merupakan jaringan komputer yang besar di dunia yang secara aktual merupakan jaringan dari jaringan. O’Brien berpendapat internet merupakan jaringan komputer yang berkembang pesat dari jutaan pendidikan yang berhubungan dengan jutaan komputer dan penggunanya banyak sekali. Banyak lembaga pendidikan yang menggunakan media ini untuk meningkatkan daya saingnya, meningkatkan pelayanan kepada pembelajar atau stakeholders serta meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran nyata.
Internet adalah sebuah jaringan besar yang terdiri dari berbagai jaringan yang meliputi jaringan bersifat pendidikan dan riset serta menghubungkan jutaan komputer di dalam jaringan-jaringan tersebut. WWW (World Wide Web)adalah sistem client / server yang dirancang untuk menggunakan dokumen hypertext dan hypermedia via internet. WWW menggunakan HTTP(Hyper Text Transfer Protocol) untuk bertukar informasi, image dan data lain. Dokumen di format dalam HTML (Hyper Text Markup Language) yang digunakan untuk menciptakan halaman dan dokumen yang disajikan dalam Web. URL (UniformResources Locator) merupakan cara standar untuk menampilkan informas tentang jenis isi dan lokasi file : nama file, lokasi komputer di internet, letak file di dalam komputer dan protokol internet yang digunakan untuk mengakses file itu.
D. Karakteristik dan Fungsi Internet
Menurut Mougayat internet memiliki lima karakteristik dan fungsi yang jelas yaitu :
1. Sebuah jaringan, menghubungkan berbagai individu dan organisasi
2. Sebuah median, menawarkan saluran komunikai baru
3. Sebuah pasar, menawarkan pasar yang terbuka dan sangat luas dengan banyak pelanggan potensial
4. Sebuah tempat transaksi, memungkinkan orang dan bisnis untuk menyelesaikan transaksi online financial
5. Sebuah tempat pengembangan aplikasi, memungkinkan pengembang piranti lunak untuk menggunakannya sebagai dasar untuk mengembangkan banyak aplikasi.
Fasilitas–fasilitas internet yang dapat diperoleh oleh para penggunanya, diantaranya :
a. Surat elektronik atau dikenal dengan sebutan e-mail
b. Penyelusuran WWW dengan sebuah browser, seperti navigatorNetcape
c. Berpartisipasi dalam sebuah Usenet newsgroup atau sebuah diskusi secara online
d. Mentransfer file
e. Browsing dengan menggunakanVeronica untuk menemukan the Gopher dengan file yang dibutuhkan
f. Penyelusuran sebuah direktori file
g. Penyelusuran WAIS (Wide Area Information Service) atau Layanan Informasi Wilayah Luas
E. Perkembangan Internet di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pelancaran WWW pada tahun 1990-an telah membuka babak baru dalam perkembangan internet yang sudah ada sejak 1950-an. Setelah diberikan sayap WWW, internet telah berkembang pesat menjadi museum maya, perpustakaan maya dan pasar raya informasi maya yang paling besar di dunia.
Faktor utama daya tarik internet adalah kemampuannya dapat mengakses informasi teks, audio, gambar, ilustrasi dan lain-lain dari berjuta-juta web di internet dengan lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan media komunikasi/informasi yang lain. Salah satu cara untuk mencari informasi di internet adalah dengan menggunakan search engines. Search engines internet, yang populer diantaranya AltaVista, Excite, HotBot, Infoseek, Lycos, Open Text, MetaCrawler, WebCrawler dan Yahoo.
Dari segi teknikal, fungsi search engines adalah :
1. Indeks informasi baru–satu proses peng-update-an informasi. Disebabkan fungsi itulah, sebagian search engines sebagai Crawler,Spider, Worm atau Robot.
2. Menstor halaman Web yang sudah diindeks
3. Mendapatkan informasi dalam setiap halaman Web itu mudah dicapai. Kemudahan itu disebabkan adanya teknologi hyperlink atau metasearch.
Semua organisasi/lembaga yang mengendalikan search engines menjadikan hasil mereka sebagai yang paling hebat, cepat dan berukuran besar dan mempunyai ciri pencarian yang paling baik untuk menjamin accuracy, precision dan membuat ranking.
F. Aplikasi Internet untuk Pengajaran
Internet menyadiakan banyak kemudahan bagi dunia pengajaran. Sebenarnya, suatu institusi yang akan mengadakan pengajaran online tidak perlu susah-susah membangun perangkat lunak untuk e-Learning yang dibutuhkannya. Telah tersedia berbagai pilihan aplikasi yang bisa dimanfaatkan demi memperlancar jalannya proses pengajaran. Pilihan aplikasi yang tersedia sangat beragam, mulai yang gratis(dibawah open source project) hingga komersial (dibawah vendor tertentu).
Ketika memutuskan untuk menerapkan distance learning yang harus dilakukan pertama kali adalah memahami model CAL + CAT( computer assisted learning +computer assisted teaching ) yang akan diterapkan.
Perkembangan pengguna internet di dunia ini berkembang sangat cepat karena beberapa hal, antara lain:
1. Menggunakan internet adalah suatu kebutuhan untuk mendukung pekerjaan/ tugas sehari-hari.
2. Tersedianya fasilitas jaringan( internet infrastructure) dan koneksi internet (internet connections)
3. Semakin tersedianya piranti lunak pembelajaran (management course tools).
4. Keterampilan jumlah orang yng mengoperasikan atau menggunakan internet; dan
5. Kebijakan yang mendukung pelaksnaan program yang menggunakan internet tersebut
G. Pemanfaatan Internet dalam Media Pendidikan
Pengenalan pemanfaatan internet kepada pembelajar dapat dimulai dengan penjelasan tentang cara melakukan koneksi ke internet, pembuatan e-mail address, prosedur dan cara-cara menggunakan e-mail. Setelah dinilai bahwa para pembelajar telah dapat memahami informasi yang diberikan, maka pengajar memberikan tugas kepada para pembelajar untuk mempraktekkan pengetahuan yang telah diperoleh.
Tugas ini tentunya dilakukan melalui e-mail. Tugas yang diberikan pengajar dapat saja dimulai dari yang sangat sederhana (misalnya hanya sekedar menjawab beberapa pertanyaan) sampai dengan penyelesaian tugas yang membutuhkan beberapa halaman. Disamping itu, pengajar juga mampu mengkondisikan pembelajar untuk melakukan browsing dan mendiskusikan topik-topik tertentu melalui mailing list (milis), newsgroup atau yang disebut juga papan bulletin.
Jika lembaga pendidikan memungkinkan untuk mempersiapkan pengajarnya menggunakan perangkat lunak (software) tertentu untuk mengembangkan dan menyajikan materi pembelajaran, maka lembaga pendidikan dapat saja memulai perintisan pemanfaatan internet untuk pembelajaran dengan menggunakan software yang telah dikuasai.
Sehingga harus diperhatikan dari pembelian software sampai dalam kemudahan penggunaan perangkat lunak tersebut. Setelah semuanya terlampaui maka pengajar harus mensosialisasikan kepada para pembelajar software yang akan digunakan. Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri.
“Through independent study, students become doers, as well as thinkers” (Cobine, 1997). Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistic, (gordin et. al, 1995).
Informasi yang di berikan server-computers itu dapat berasal dari commercial bussineses (com). Government services (gov), nonprofit organizations (org), educational institutions (edu) atau artistic and cultural groups (arts). Siswa berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analisis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran IPS dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life).
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan kesemua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
2. Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
3. Pembelajaran dapat memilih topic atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing siswa.
4. Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing –masing siswa.
5. Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
6. Pembelajaran dapat di lakukan secara interaktif, sehingga menarik siswa dan memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran dengan cara mengecek tugas-tugas yang di kerjakan siswa secara online.
Adapun kelemahan internet dari segi fungsinya sebagai pemberi kemudahan mendapatkan informasi adalah :
1. Too much duplicated information
2. Lack of reliable information
3. Lack of relevant information
4. Lack of quality information
5. Lack of organization of information
Kebanyakan informasi dalam internet bisa diperoleh dari media lain. Tetapi, informasi yang penting dan berkualitas tinggi daripada jurnal yang ternama dan hasil penelitian para pakar, jarang didapati di internet, lebih-lebih lagi dengan gratis. Tetapi, hanya informasi yang berkualitas dan penting saja yang bisa menentukan berhasil tidaknya dalam persaingan.
H. Strategi Perluasan Paradigma Lembaga Pendidikan
Pendidikan yang dikembangkan dalam program pembelajaran melalui internet. Tujuannya antara lain :
1. Meningkatkan kualitas dan sejumlah sumber-sumber belajar untuk lembaga pendidikan
2. Menyediakan pengembang finansial
3. Menyediakan layanan provider
Ada juga lembaga pendidikan yang mulai secara sistematis memasyarakatkan penggunaan potensi internet untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Misalnya, para pembelajar di bimbing untuk :
a. Memiliki alamat e-mail (e-mail address) yang sifatnya gratis
b. Mengetahui cara-cara menggunakan e-mail.
c. Cara-cara mengirimkan dokumen yang terdiri dari beberapa halaman sebagai lampiran dari sebuah e-mail.
I. Cara Mengakses Internet
Ada berbagai cara untuk mengakses internet. Cara pertama adalah dengan Warung Internet (warnet) merupakan salah satu sarana yang memungkinkan orang yang tak memiliki komputer untuk mengakses internet dengan mudah. Cara kedua adalah dengan menggunakan sarana Internet pada perusahan perusahaan yang sudah terpasang pada perusahaan tempat pegawai bekerja atau kampus tempat mahasiswa belajar. Cara ketiga yaitu dengan cara berlangganan dan mengakses internet di rumah.
Secara prinsip, hubungan ke internet dilakukan melalui ISP ( Internet Service Provider ), yaitu perusahaan yang melayani koneksi ke intrenet. Koneksi dapat dilakukan atas dasar jumlah akses atau hak pakai selama 24 jam per hari. Akses melalui telepon biasanya didasarkan pada jumlah jam akses, sedangkan akses melalui jalur sewa (leased line) memberikan hak pakai untuk terkoneksi ke internet selama 24 jam per hari karena didasarkan pada biaya sewa per bulan.
Adapun koneksi yang digunakan pada warnet umumnya menggunakan mikro gelombang. Layanan terbaru untuk mengakses Internet dilakukan melalui jaringan TV kabel. Cara akses terkhir ini umumnya ditawarkan ke kota-kota besar dan dikenal dengan internet kabel. Komunikasi ke internet melalui jalur telepon memiliki kecepatan antara 14,4 Kbps dan 56 Kbps. Media lain menawarkan kecepatan yang lebih tinggi, berkisar antara 54 Kbps sampai 10 Mbps.
J. Sumber Daya Internet
Internet memiliki banyak sumber daya, sebagaimana diperlihatkan pada tabel berikut:
Sumber Daya Keterangan
E-mail Digunakan untuk melakukan pertukaran surat elektronis
Newsgroup Forum diskusi
Mailing List Kelompok diskusi dengan menggunakan surat elektronis
IRC ( Internet Relay Chat ) Fasilitas yang memungkinkan pemakai melakukan dialog dalam bentuk bahasa tertulis secara interaktif
Telnet Fasilitas yang memungkinkan pemakai melakukan koneksi (login) ke suatu sistem komputer
FTP ( File Transfer Protokol ) Sarana untuk melakukan transfer berkas dari komputer lokal ke suatu komputer lain atau sebaliknya
Gopher Perangkat yang memungkinkan pemakai untuk menemukan informasi yang terdapat pada server gopher melalui menu yang bersifat hierarkis
Archine Perangkat yang dapat digunakan untuk melakukan pencarian berkas pada situs FTP
Veronica ( Very Easy Rodent-Oriented Netwide Index to Computer Arcchieves ) Merupakan kemampuan tambahan yang dipakai untuk melakukan pencarian pada situs-situs gopher
WAIS ( Wide Area Information Servers ) Perangkat yang digunakan untuk melakukan pencarian data pada internet yang dilaksanakan dengan menyebutkan nama basis data dan kata kunci yang dicari
World Wide Web Sistem yang memungkinkan pengaksesan informasi dalam internet melalui pendekatan hypertext
Sumber daya yang umum digunakan saat ini yaitu e-mail, World Wide Web, FTP, Mailing List dan Telnet.
BAB III
PENUTUP
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dengan baik.
Pada 1957, Unisoviet meluncurkan satelit Sputnik. Peluncuran satelit Sputnik merupakan ancaman bagi rival Unisoviet, yaitu Amerika Serikat.
Pada 1969, departemen pertahanan Amerika Serikat memerintahkan ARPA untuk membangun jaringan komunikasi berbasis computer agar dapat berhubungan dengan kalangan Universitas.Internet adalah sebuah jaringan besar yang terdiri dari berbagai jaringan yang meliputi jaringan bersifat pendidikan dan riset serta menghubungkan jutaan komputer di dalam jaringan-jaringan tersebut.fungsi yang jelas yaitu :
a. Sebuah jaringan, menghubungkan berbagai individu dan organisasi
b. Sebuah median, menawarkan saluran komunikai baru
c. Sebuah pasar, menawarkan pasar yang terbuka dan sangat luas dengan banyak pelanggan potensial
d. Sebuah tempat transaksi, memungkinkan orang dan bisnis untuk menyelesaikan transaksi online financial
e. Sebuah tempat pengembangan aplikasi, memungkinkan pengembang piranti lunak untuk menggunakannya sebagai dasar untuk mengembangkan banyak aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi danKomunikasi. Bandung: Alfabeta.
Arief, Sadiman S dkk.1996.Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Kustandi, Cecep dkk. 2011.Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.
Darmawan,Dani. 0000.Pengembangan e-Learning Teori dan Desain. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
B. Uno, Hamzah & Lamatenggo. 2011.Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sutedjo Dharma Oetomo, Budi. 2002.e-Educaion konsep, Teknologi dan Aplikasi Internet Pendidikan. Yogyakarta: ANDI offset.
Rusman. 2013.Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta:Rajawali Pers.
Kamis, 17 November 2016
Cara Cepat Menghafal Materi Matematik " Tangga Satuan "
Gubahan lagu " Naik-Naik Ke Puncak Gunung "
Naik-Naik Tangga Satuan
Tinggi-Tinggi Sekali
Kilo Hekto Deka dan Meter
Desi Centi dan Milimeter
Naik Tangga Naik Sepuluh
Turun Bagi Sepuluh
Bisa juga dengan singkatan :
Kucing = Kilometer
Hitam = Hektometer
Dalam = Dekameter
Mobil = Meter
Desi = Desimeter
Centil = Centimeter
Mondar-Mandir = Mili Meter
Terima Kasih Semoga Bermanfaat ^_^
Naik-Naik Tangga Satuan
Tinggi-Tinggi Sekali
Kilo Hekto Deka dan Meter
Desi Centi dan Milimeter
Naik Tangga Naik Sepuluh
Turun Bagi Sepuluh
Bisa juga dengan singkatan :
Kucing = Kilometer
Hitam = Hektometer
Dalam = Dekameter
Mobil = Meter
Desi = Desimeter
Centil = Centimeter
Mondar-Mandir = Mili Meter
Terima Kasih Semoga Bermanfaat ^_^
Jumat, 11 November 2016
Teori-Teori Belajar Bahasa Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Berbahasa, dalam arti berkomunikasi, dimulai dengan membuat enkode
semantik dan enkode gramatikal di dalam otak pembicara, dilanjutkan dengan
membuat enkode fonologi. Dengan kata lain, berbahasa adalah penyampaian pikiran
atau perasaan dari orang yang berbicara mengenai masalah yang dihadapi dalam
kehidupan budayannya.
Bahasa memang merupakan objek kajian dari berbagai disiplin. Namun,
dari disiplin linguistik itu sendiri dapat dicermati adannya berbagai teori
atau aliran linguistik yang terkadang berbeda, tumpang tindih, maupun
bertentangan.
Sebenarnya telah banyak teori
pembelajaran yang telah diperkirakan oleh para ahli psikologi dalam usaha
mereka untuk membantu agar konsep pembelajaran lebih dipahami orang. Jika
konsep pembelajaran ini sudah lebih dipahami, maka kaidah-kaidah pembelajaran
bahasa maupun pembelajaran mata pelajaran lain akan dapat disempurnakan lagi.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Jelaskan
Makna Teori
2.
Jelaskan
mengenai teori behaviorisme
3.
Jelaskan
mengenai teori kognitivisme
4.
Jelaskan
mengenai teori konstruktivisme
5.
Jelaskan
mengenai teori perkembangan bahasa anak
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk
mengetahui makna teori
2.
Untuk
mengetahui teori behaviorisme
3.
Untuk
mengetahui teori kognitivisme
4.
Untuk
mengetahui teori konstruktivisme
5.
Untuk
mengetahui teori perkembangan bahasa anak
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Makna Teori
Sebelum
berbincang tentang teori-teori pokok belajar, tentunya perlu penyamaan persepsi
kita tentang makna teori. Secara ringkas Dorin, Demmin dan Gabel ( 1990 ) dan
juga Smith(2009:79) menyatakan bahwa karakteristik teori adalah sebagai
berikut: teori adalah sebuah penjelasan umum tentang berbagai pengamatan yang
dibuat dengan berjalannya waktu, teori menjelaskan dan meramalkan timbulnya
perilaku, suatu teori tidak dapat dibangun diatas keragu-raguan, dan suatu
teori dapat diubah, dimodifikasi.
Kerlinger
(1989) menyatakan bahwa teori adalah suatu himpunan dari kontruk-kontruk
(konsep-konsep), definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang saling
berkaitan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis tentang suatu fenomena
dengan cara menentukan hubungan antar variabel, dengan tujuan menjelaskan
fenomena tersebut.
Adapun
didefinisikan bahwa teori adalah konsep atau pandangan khusus tentang sesuatu
yang harus dikerjakan atau metode untuk melaksanakan sesuatu, suatu sistem yang
tersusun dari sejumlah hukum-hukum dan prinsip-prinsip. Dalam konsep
pembelajaran, Bruner membedakan antara teori pembelajaran (intruction theory),
dan teori belajar (learning theory). Dalam hal ini pembelajaran semakna
dengan pengajaran.[1]
B.
Teori Behaviorisme
Menurut
teori belajar behaviorisme atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai
proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respons. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol
instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang
bergantung pada faktor-faktor kondisional diberikan lingkungan. [2]
Ada
beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu: (1) mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian
kecil, (2) bersifat mekanistis, (3) menekankan peranan lingkungan, (4)
mementingkan pembentukan respon, (5) menekankan pentingnya latihan.
Pembelajaran behaviorisme bersifat molekuler; artinya lebih menekankan
kepada elemen-elemen pembelajaran, memandnag kehidupan individu terdiri dari
unsut-unsur seperti halnya molekul.
Adapun ciri-ciri teori belajar
behavioristik yang dikemukakan oleh John Locke adalah lebih mementingkan
pengaruh lingkungan, mementingkan bagian-bagian, mementingkan peranan reaksi
(respons), mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar. Bertolak dari
pandangan John Locke tersebut, pendekatan belajar kemudian menjadi
behavioristik elementaritis atau pendekatan belajar behavioristik-empiris.
Pendekatan teori belajar behavioristik elementaristis menganggap bahwa jika
manusia itu pasif dan dikuasai oleh stimulus-stimulus dari luar yang ada
dilingkungan sekitar. Tingkah laku manusia dapat dimanipulasi dan dikendalikan dengan
mengendalikan perangsang-perangsang yang ada dalam lingkungannya. Tingkah laku
tergantung pada lingkungan. Artinya, jika lingkungan berubah tingkah laku
individu juga akan berubah.[3]
Behaviorisme
merupakan aliran psikologi yang memandang individu lebih kepada sisi fenomena
jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat
dan perasaan individu dalam kegiatan belajar. Hal ini dapat dimaklumi karena
behaviorisme berkembang melalui suatu penelitian yang melibatkan binatang seperti
burung merpati, kucing, tikus dan anjing sebagai objek.
Para
ahli behaviorisme berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus (S) dengan respon (R). Meurut teori ini, dalam belajar yang penting
adalah adannya input berupa stimulus dan output yang berupa
respon.
Secara
umum konsep belajar menurut para behavioris dapat dinyatakan dengan gambaran
sederhana seperti yang dinyatakan oleh DiVesta dan Thompson (1979:11) sebagai
berikut.[4]
Perilaku/pribadi sebelum belajar (pre-learning)
|
Pengalaman, praktik, latihan (learning experiences)
|
Perilaku/pribadi sesudah belajar (post-learning)
|
Beberapa ilmuwan yang termasuk pendiri
seklaigus penganut behavoristik antara lain adalah Thorndike, Watson, Hull,
Guthrie, dan Skinner. Thorndike mengemukakan bahwa belajar adalah proses
interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan)
dan respon (yang juga bisa berbentuk pikiran, perasaan,atau gerakan). Dari
pengertian ini, wujud tingkah laku tersebut bisa saja dapat diamati ataupun
tidak dapat diamati. Teori belajar Thorndike juga disebut sebagai aliran “connectionism”.
Menurut Thorndike, belajar dpaat dilakukan dengan mencoba-coba (trial and
error).
Karakter belajar ”trial and error”
adalah sebagai berikut.
1.
Adanya
motif pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu
2.
Seseorang
berusaha melakukan berbagai macam respons dalam rangka memenuhi motif-motifnya
3.
Respons-respons
yang dirasakan tidak bersesuaian dengan motifnya dihilangkan
4.
Akhirnya
seesorang mendapatkan jenis respons yang paling tepat.
Thorndike juga mengemukakan beberapa
hukum tentang belajar sebagai berikut.
1.
Hukum
Kesiapan (law of readiness)
2.
Hukum
Latihan (Law of Exercise )
3.
Hukum
Akibat (law of effect) [5]
Sementara itu para ahli psikologi pendidikan sepakat bahwa
pembelajaran menurut konsep behaviorisme berlangsung dengan tiga langkah pokok,
yaitu:
1.
Tahap
akuisisi, tahap perolehan pengetahuan.
2.
Tahap
retensi, dalam tahap ini informasi atau keterampilan baru yang dipelajari
dipraktikan sehingga siswa dapat mengingatnya selama suatu periode waktu
tertentu.
3.
Tahap
transfer. [6]
Teori behavioristik ini dalam perkembangannya mendpaat kritik dari
para teoretisi dan praktisi pendiidkan. Menurut para pengkritik teori
behavioristik ini tidak mampu menjelaskan situais belajar yang komplek, sebab
banyak hal di dunia pendiidkan yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan
stimulus respon. Tidak selalu stimulus mampu mempertahankan motivasi belajar
seesorang. Kritik juga diarahkan pada kelemahan teoriini yang mengarahkan
berfikir linier, konvergen, dan kurang kreatif, termausk masalah shaping
(pembentukan) yang cenderung membatasi keleluasaan untuk berfikir dan
berimajinasi.[7]
C.
Teori Kognitivisme
Istilah
kognitif sendiri walau banyak dipopulerkan oleh Piaget dengan teori
perkembangan kognitifnya, sebenarnya telah dikembangkan oleh Wilhem Wundt (
Bapak Psikologi ). Menurut Wundt kognitif adalah sebuah proses aktif dan
kreatif yang bertujuan membangun struktur melalui pengalaman-pengalaman. Wundt
percaya bahwa pikiran adalah hasil kreasi para siswa yang aktif dan kreatif
yang kemudian disimpan di dalam memori (DiVesta, 1987).
Sesungguhnya
kognitivisme lahir merupakan respon terhadap behaviorisme, diawali oleh
publikasi pada tahun 1929 oleh Bode, seorang ahli psikologi Gestalt. Ia
mengkritik behaviorisme karena kebergantungan kepada perilaku yang diamati
untuk menjelaskan pembelajaran. Pandangan gestalt tentang belajar dinyatakan
dalam konsep pembelajaran yang disebut teori kognitif.
Dua
kunci pendekatan kognitif adalah, (i) bahwa sistem ingatan adalah suatu
prosesor informasi yang aktif dan terorganisasi, (ii) bahwa pengetahuan awal
memerankan peranan penting dalam pembelajaran. Teori kognitif mencermati
hal-hal dibalik perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak (brain-based
learning).[8]
Teori
ini lebih menakankan proses belajar daripada hasil belajar. Bagi penganut
aliran kognitivivtik belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respons. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berfikir yang
sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun dalma
diri seesorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi
melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, menyeluruh. Ibarat seesorang
yang memainkan musik, tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai
informasi yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan
yang secara utuh mausk ke dalam ikiran dan perasaannya.
Menurut
psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti
ssuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa
mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati
lingkungan, mempraktikkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Para
psikolog kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi / pengetahuan yang baru.[9]
Penting
untuk dipahami bahwa dua pemikiran pokok dari kognitivisme adalah teori
pemrosesan informasi dan teori skema.
1.
Teori
Pemrosesan Informasi
Para
ahli psikologi kognitif mengemukakan suatu kerangka teoretis yang dikenal
dengan model pemrosesan informasi. Dalam model ini peristiwa-peristiwa mental
diuraikan sebagai transformasi-transformasi informasi dari input
(stimulus) ke output (respons).[10]
Menurut
pendapat kohnitif, dalam kaitan teori pemrosesan informasi, unsur terpenting
dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki setiap individu sesuai
dengan situasi belajarnya. Perspektif kognitif membagi jenis pengetahuan
menjadi tiga, yaitu pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional.
Dalam
konteks kognitivisme yang dianggap pengembang pemrosesan informasi justru
Robert M. Gagne, yang kemudian dikembangkan oleh George Miller. Menurut Gagne,
dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang selanjutnya diolah
sehingga menghaislkan keluaran hasil belajar.[11]
Salah
satu teori belajar yang berasal dari psikologi kognitif adalah teori pemrosesan
informasi, yang dikemukakan Gagne. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai
proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkan pengolahan otak
manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.
Receptor (alat-alat indra) menerima rangsangan dari lingkungan dan
mengubahnya menjadi rangsangan neural, memberikan simbol-simbol informasi yang
diterimanya dan diteruskan kepala.
b.
Sensory
register (penampungan kesan-kesan sensori)
yang terdapat pada syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensori dan
mengadakan seleksi, sehingga terbentuk suatu kebulatan perseptual (persepsi
selektif).
c.
Short-term
memory (memori jangkan pendek) menampung
hasil pengolahan perseptual dan menyimpannya.
d.
Long-term
memory (memori jangka panjang), menampung
haisl pengolahan yang ada di memori jangka pendek.
e.
Response
Generator (pencipta respon), menampung
informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dan mengubanya menjadi
reaksi jawaban.[12]
Model
pengolahan informasi merupakan model dalam teori belajar yang mencoba
menjelaskan kerja memori manusia yang meliputi tiga macam sistem penyimpanan
ingatan, yaitu :
a.
Memori
jangka pendek (sensory memory/short term memory)
b.
Memori
kerja (working memory)
c.
Memori
jangka panjang (long term memory)
Proses
pengolahan informasi berlangsung dalma tiga tahap. Tahap pertama yaitu
pengolahan informasi dalam sensor pencatat (sensory register, sensory
memory, sensory registry), kmeudian diproses dalam memori jangka pendek,
selanjutnya ditransfer menuju memori jangka panjang untuk disimpan dan sewaktu
diperlukan dipanggil kembali.
2.
Teori
Skema
Skema
adalah suatuproses atau cara mengorganisasikan dan merespon berbagai pengalaman
belajar. Dengan kata lain, skema adalah suatu pola sistematis dari tindakan,
perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu
kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan berbagai jenis
situasi. Skemata menyatakan pengetahuan tentang konsep, yaitu objek dan
hubungannya dengan: objek yang lain, dengan situasi, dengan kejadina-kejadian,
urutan kejadian, tindakan, dan serangkaian tindakan.
Terkait
dengan efek skema (schema ffects) dalam pembelajaran, serta kaitan teori
skema dengan teori pengolahan informasi, Gagne dan juga Dick, dalam Hilgard dan
Brower (1975) dan Brewer (1987) menyatakan:
a.
Informasi
baru yang dipelajari disimpan dengan menjalinnya dalam suatu skema yang
pembentukannya dilandasi informasi dari pembelajaran terdahulu
b.
Pengingkatan
terhadap informasi verbal yang lama dan telah dipelajari kuat sekali
dipengaruhi oleh skema ini, sehingga proses pengingatan adalah suatu kegiatan
konstruktif
c.
Skema
tidak hanya membantu retensi, pengingatan, terhadap materi baru dnegan cara
menyediakan bingkai kerja untuk penyimpanannya, tetapi juga mengubah informasi
baru dengan cara membuatnya coock dengan harapan-harapan yang dibangun di dalam
skema
d.
Skema
diorganisasikan sebagai komponen-komponen keterampilan intelektual
e.
Secara
ideal pembelajar akan mampu mengolah informasi bari dengan cara mengevaluasi
atau melakukan modifikasi terhadap skema miliknya. [13]
D.
Teori Kontruktivisme
Teori
konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi)
pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalma diri
seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari otak seseorang guru kepada orang lain (siswa). [14]
Konstruktivisme
melandasi pemikiran bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang given dari
alam karena hasil kontak manusia dengan alam, tetapi pengetahuan merupakan
hasil konstruksi (bentukan) aktif manusia itu sendiri. Pengetahuan bukanlah
suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari
dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu
konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Ia membentuk skema,
kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperoleh untuk pengetahuan
(Bettencourt, 1989 dalam Suparno, 1997:18).
Asumsi-asumsi
dasar dari konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Merril (1991) adalah
sebagai berikut:
1.
Pengetahuan
dikonstruksikan melalui pengalaman
2.
Belajar
adalah penafsiran personal tentang dunia nyata
3.
Belajar
adalah sebuah proses aktif di mana makna dikembangkan berlandaskan pengalaman
4.
Pertumbuhan
konseptual berasal dari negosiasi makna, saling berbagi tentang perspektif
ganda dan pengubahan representasi mental melalui pembelajaran kolaboratif
5.
Belajar
dapat dilakukan dalam setting nyata, ujian dapat diintegrasikan dengan
tugas-tugas dan tidak merupakan aktivitas yang terpisah (penilaian autentik).[15]
Glaserfeld, Bettencourt (1989) dan Matthews (1994), mengemukakan
bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan hasil konstruksi (bentukan)
orang itu sendiri. Sementara Piaget (1971), mengemukakan bahwa pengetahuan
merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalamannya, proses
pembentukan berjalan terus menerus dan setiap kali terjadi rekonstruksi karena
adannya pemahaman yang baru.
Untuk memahami lebih dalam tentang aliran konstruktivistik ini, ada
baiknya dikemukakan tentang ciri-ciri belajar berbasis konstruktivistik.
Ciri-ciri tersebut pernah dikemukakan oleh Driver dan Oldham (1994), ciri-ciri
yang dimaksud adalah orientasi, elisitasi, restrukturasi ide, penggunaan ide
baru dalam berbagai situasi, review.
Von Glaserfeld (dalam paul, 1996), mengemukakan bahwa ada beberapa
kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkontruksi pengetahuan, yaitu: (i)
kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (ii) kemampuan
membandingkan dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan tentang
sesuatu hal, dan (iii) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang
satu dari pada yang lain (selective conscience). Sementara faktor-faktor
yang membatasi proses konstruksi pengetahuan adalah hasil konstruksi yang telah
dimiliki seseorang, domain pengalaman seesorang, dan jaringan struktur kognitif
seseorang.
Menurut pandangan konstruktivisme, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa. Ia harus
aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna
tentang hal-hal yang sedang dipelajari, tetapi yang paling menentukan
terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri, sementara
peranan guru dalam belajar konstruksivistik berperan membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak
menstransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membntu siswa
untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan
pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar.[16]
E.
Teori Perkembangan Bahasa Anak
1.
Pandangan
Nativisme
Nativisme
berpendapat bahwa selama proses memperolehan bahasa pertama, kanak-kanak
(manusia) sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis
telah diprogramkan. Pandangan ini tidak menganggap lingkungan punya pengaruh
dalam pemerolehan bahasa, melainkan menganggap bahwa bahasa merupaakan
pemberian biologis, sejalan,dengan yang disebut “hipotesis pemberian alam”.
Kaum
nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu kompleks dan rumit, sehingga
mustahil dapat dipelajari dalam waktu singkat melalui metode seperti
“peniruan”. Jadi pasti ada beberapa aspek penting mengenai sistem bahasa yang
sudah ada pada manusia secara alamiah.
2.
Pandangan
Behaviorisme
Kaum
behavioris menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari
luar diri si anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Istilah
bahasa bagi kaum behavioris dianggap kurang tepat karena istilah bahasa itu
menyiratkan suatu wujud, sesuatu yang dimiliki
atau digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Padahal bahasa
merupakan salah satu perilaku, diantara perilaku-perilaku manusia lainya. Oleh
karena itu, mereka lebih suka menggunakan istilah perilaku verbal, agar tampak
lebih mirip dengan perilaku lain yang harus dipelajari.
3.
Pandangan
Kognitivisme
Jean
Piaget (1954) menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu alamiah yang terpisah,
melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan
kogntitif. Bahasa distrukturi oleh nalar; maka perkembangan bahasa harus berlandas
pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi,
urut-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa.
Kalau
Chomsky berpendapat bahwa lingkungan tidak besar pengaruhnya pada proses
pematangan bahasa, maka Piaget berpendapat bahwa lingkungan juga tidak besar
pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual anak. Perubahan atau perkembangan
intelektual anak sangat tergantung pada keterlibatan anak secara aktif dengan
lingkungannya.
Perkembangan
bahasa, baik menurut pandanagn nativisme, behavirisme, dan
kognitivisme, tidak terlepas atau berkaitan dengan perkembangan-perkembangan
lain yang dialami anak.[17]
BAB III
KESIMPULAN
Adapun didefinisikan bahwa teori adalah konsep atau pandangan
khusus tentang sesuatu yang harus dikerjakan atau metode untuk melaksanakan
sesuatu, suatu sistem yang tersusun dari sejumlah hukum-hukum dan
prinsip-prinsip.
Menurut teori belajar behaviorisme atau aliran tingkah laku,
belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respons. Belajar menurut psikologi behavioristik
adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan.
Istilah kognitif sendiri walau banyak dipopulerkan oleh Piaget
dengan teori perkembangan kognitifnya, sebenarnya telah dikembangkan oleh
Wilhem Wundt ( Bapak Psikologi ). Menurut Wundt kognitif adalah sebuah proses
aktif dan kreatif yang bertujuan membangun struktur melalui
pengalaman-pengalaman.
Teori konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan
(konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalma
diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari otak seseorang guru kepada orang lain (siswa).Ada tiga pandangan
dalam teori perkembangan bahasa anak, yaitu pandangan nativisme, pandangan
behaviorisme, dan pandangan kognitivisme.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A. (2009). Psikolinguistik:
Kajian Teoretik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori
Belajar & Pembelajaran. Bandung: Erlangga.
Hariyanto, S. &. (2015). Belajar
dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Nara, E. S. (2011). Teori
Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Prawira, P. A. (2013). Psikologi
Pendidikan. Yogjakarta: AR-RUUZ Media.
[1]
Suyono&Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Teori dan Konsep Dasar),
Cet. Ke-5, ( Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2015 ), hlm. 27-28
[2] Eveline
Siregar&Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Cet. Ke-2, (
Bogor: Ghalia Indonesia, 2011 ), hlm. 25
[3] Purwa atmaja prawira, Psikologi
Pendidikan, (Jogjakarta: AR-RUUZ Media, 2013), hlm. 260-265.
[4] Suyono&Hariyanto,
Belajar dan Pembelajaran...,..., hlm. 58-60
[5] Eveline
Siregar&Hartini Nara, Teori dan Pembelajaran, ..., hlm. 28-29
[6]
Suyono&Hariyanto, belajar dan Pembelajaran ..., ..., hlm. 71
[7]Eveline
Siregar&Hartini Nara, Teori dan Pembelajarani, ..., hlm. 30
[8]
Suyono&Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran ..., ..., hlm. 73-75
[9] Eveline
Siregar&Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajarn, ..., hlm. 30-31
[10] Ratna Wilis
Dahar, Teori-teori Belajar & Pembelajaran, ( Bandung: Erlangga, 2011
), hlm. 27
[11]
Suyono&Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran ..., ..., hlm. 75-77
[12] Eveline
Siregar&Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, ..., hlm. 31
[13]Suyono&Hariyanto,
Belajar dan Pembelajaran..., ..., hlm. 78-79
[14] Eveline
Siregar&Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, ..., hlm. 39
[15]
Suyono&Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran..., ..., hlm. 105-106
[16] Eveline
Siregar&Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, ..., hlm.
40-41
[17] Abdul Chaer, Psikolinguistik
Kajian Teoretik, Cet. Ke-2, ( Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2009 ), hlm.
222-224
Langganan:
Postingan (Atom)